Jakarta (IndonesiaMandiri) – Menteri Pertahanan Ryamicard Ryacudu seperti ingin menjawab tantangan anggota DPR yang banyak mempertanyakan mengenai bagaimana anggaran yang akan dipersiapkan untuk program bela negara yang belakangan ini hangat dibicarakan. Beberapa anggota Komisi I DPR RI, seperti TB Hasanuddin, Arief Suditomo, mempertanyakan bagaimana alokasi anggaran untuk menjalankan program bela negara tersebut. Karena saat ini, fokus anggaran belanja militer sudah jelasm yaitu untuk pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan kesejahteraan tentara.
Di sisi lain, Kementerian Pertahanan beberapa waktu lalu sudah mendengungkan akan adanya progam bela negara yang dalam sepuluh tahun kedepan bisa tercapai angka sekitar 100 juta kader. Dalam acara tatap muka dengan pers di Gedung Bhineka Tunggal Ika Kementeri Pertahanan ((12/10), misalnya, ditegaskan bahwa penyelenggaraan pembentukan Kader Pembina Bela Negara akan dibuka secara serentak pada 19 Oktober besok di 45 Kabupaten/Kota.
“Pada 2016 dan seterusnya diharapkan dapat diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah baik Kabupaten dan Kota di seluruh Indonesia yang bekerjasama dengan instansi lain termasuk TNI dan Polri,” jelas Ryamizard.
Secara matematis, bila 10 tahun ditargetkan tercapai angka 100 juta kader (2015-2025), maka setiap tahunnya akan terbentuk 10 juta jiwa, dan per bulannya ada sekitar 800-an orang yang dilatih untuk pendidikan bela negara. Jumlah yang memang tidak sedikit. Program bela negara ini memang sifatnya tidak wajib, dan bukan wajib militer seperti halnya yang ada di beberapa negara asing (Singapura, Korea Selatan, Israel, dan lain-lain).
Karena program ini bukan wajib militer, maka materi pendidikannya lebih kea rah bagaimana menggalang kegotongroyongan, pemahaman rasa cinta tanah air, rela berkorban untuk kepentingan bangsa, kepedulian sosial, budi pekerti, dan lain-lain.
Soal anggaran, sementara ini akan ditanggulangi dari pos Kementerian Pertahanan sendiri, yang memang ada wadah di Dirjen Potensi Pertahanan dan Direktorat Bela Negara. “Untuk awal ini yang akan dibuka 19 Oktober besok, kita mendidik untuk pelatihnya dahulu,” sambung Brigjen Faisal, Direktur Bela Negara Kemhan.
Menanggapi lebih jauh soal alokasi anggaran militer kedepan yang sudah dipatok untuk pembelian, peremajaan alutsista dan kesejahteraan prajurit, dengan tegas Ryamizard menggarisbawahi bahwa persatuan dan kesatuan jauh lebih penting. “Alutsista itu kecil. Yang besar adalah persatuan dan kesatuan.” Mantan Kepala Staf Angkatan Darat ini juga menjelaskan, bahwa alutsista itu kan diawaki oleh manusia. Pembinaan ke manusianya itu yang jauh lebih penting ketimbang persenjataannya itu sendiri (abri). Foto : abri