Jakarta (IndonesiaMandiri) – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan, produk pangan berprotein dalam negeri melampaui kebutuhan nasional. Oleh karenanya, kelebihannya di ekspor ke berbagai negara.
“Dulu impor jagung Rp10 triliun. Kan sama saja impor ayam. Hari ini setelah dua tahun berjuang bersama-sama, kita balikkan keadaan,” ujarnya saat pelepasan ekspor daging ayam olahan dan pakan ternak di Pabrik PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI), Jakarta Utara (20/4).
Ekspor tersebut meliputi enam ton daging ayam olahan ke Jepang, 120 ton pakan ternak ke Timor Leste, serta 6,6 ton daging ayam olahan ke Papua Nugini. Ekspor ke Timor Leste diangkut menggunakan 10 kontainer, sedangkan ke Jepang dan Papua Nugini masing-masing satu kontainer.
Amran menambahkan, melonjaknya produksi ayam dan jagung dalam negeri tak lepas dari berbagai kebijakannya. Misalnya, mencabut regulasi yang menghambat investasi dan ekspor.
“Kami sudah cabut kurang lebih 200 Permentan yang hambat investasi untuk ekspor. Tidak jarang kami copot (pejabat). Dari Karantina, 164 (pejabat) kami geser bahasa halusnya,” tegas Amran
Kementan, katanya, juga mengajak pihak-pihak terkait untuk berembuk dan membahas bersama aturan yang pro kepada peningkatan produksi serta menguntungkan semuanya. “Kami tanda tangan saja,” jelasnya.
Kesuksesan tersebut, menurut Menteri Amran, tak lepas dari sinergi semua pihak. Alhasil, nilai ekspor pertanian Tanah Air tahun lalu melonjak drastis dibanding 2016. “Ekspor pertanian 2017 naik 24 persen setara Rp 440 triliun. Kita selesaikan Asia. Asia Tenggara dulu, baru Asia. Kalau perlu, kita suplai kebutuhan pangan seluruh dunia,” ucapnya.
Pada kesempatan sama, Presiden Direktur PT CPI, Thomas Effendy, menerangkan, ekspor tersebut dilakukan karena produksi dalam negeri melimpah. “Sesuai arahan Pak Menteri, solusinya dengan melakukan ekspor produk-produk berbasis ayam,” katanya (aa).
Foto: HumasKementan