Jakarta (Indonesia Mandiri) – Keberhasilan sebuah stasiun Televisi Nasional menayangkan sinetron asal Turki, membuat banyak Televisi Nasional lainnya mengikuti jejak TV Swasta yang jeli melihat pasar. Singkatnya kita pasti paham, bahwa sebagai perusahaan, pasti mereka sang follower ingin juga menangguk keuntungan dari tayangan yang laku keras tersebut.
Sementara kalau kita cermati, pasti kita pun bertanya, dimana sisi edukasi dari film Turki yang ditayangkan itu. Yang ada tokohnya seorang nenek dan mantunya yang jahat. Memang mungkin akhirnya, nenek dan mantu tersebut akan dikalahkan oleh kebenaran (baru mungkin – karena sinetronnya belum selesai), tapi lamanya seri yang diputar, kalau kita lihat dari sisi internalisasi psikologis, maka yang akan lebih didapat / diingat adalah pelajaran tentang kejahatannya, ketimbang pesan bahwa kejahatan akan kalah oleh kebenaran.
Jadi jelas bagi kita, mereka tidak melihat sisi edukasinya, tetapi selalu melulu dari sisi keuntungannya saja. Tetapi kita juga tidak boleh serta merta menyalahkan, karena tidak jarang atau bahkan banyak produser sinetron kita sendiri yang membuat sinetron yang jauh dari pijakan edukatsi Budi Pekerti yang kita miliki.
Dimana kejelian KPI, masih terus kita tunggu… (SSM) Foto: Istimewa